Judul: Muhammad Ali: A Tribute to the Greatest
Penulis: Thomas Hauser
Alih Bahasa: Eka Saputra, Khanifah, Rini Nurul Badariah
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-249-1
Tebal buku: xii + 356 hlm.
Istilah populer, “Petinju kelas berat”, “Legendaris”, “Tangguh”, dan “Mendunia”, itulah Cassius Marcellus Clay, Jr., sosok yang sangat mengagumkan dan spiritual hingga mengubah namanya menjadi Muhammad Ali setelah mengumumkan mengikuti ajaran agama kelompok separatis kulit hitam, Nation of Islam.
Buku ini berisi biografi Muhammad Ali yang pada salah satu lembarannya terdapat sebuah tulisan,
“Muhammad Ali adalah milik dunia. Buku ini didedikasikan untuk Muhammad dan semua orang yang menjadi bagian dari kisahnya.”
Banyak dari kalangan orang-orang terdekatnya, bahkan khalayak sekalipun mengaguminya dan bahagia akan kehadirannya di dunia tinju. Ali merupakan petinju kelas berat yang memenangkan medali kelas dunia berkali-kali dan dijuluki sebagai sang juara tinju dunia pada abadnya.
Dave Kindred: Ali punya satu hal, selalu. Dia selalu berani.
Itulah kelebihannya. Ali berpikir positif, dan tidak menyerah. Dia suka menghadapi tantangan yang baru, dan memberikan kesan yang selalunya indah bagi orang-orang terdekatnya. Dia mempunyai banyak lawan berat, terlebih sosok Joe Frazier yang selama beberapa dekade tidak berhenti menyerangnya. Namun ia selalu menjadi yang terbaik pada sejarah olahragawan tinju yang pernah ada.
Ketenaran Ali serba apa adanya. Atlet zaman sekarang dikenal lebih karena kontrak dan gajinya, di samping performa kompetitifnya. Sedangkan Ali tenar karena kepribadiannya yang mengagumkan dengan segala cela dan kekurangannya.
Tahun 1960, ketika Cassius Clay memenangi medali emas oimpiade, dunia pertelevisian mulai tumbuh besar, jaringan televisi mulai banyak menyoroti orang-orang, membidik kamera ke arah mereka, membesarkan mereka, dan menelusuri ceritanya sampai akhir. Ali menyukai itu sebagaimana diungkapkan oleh Jerry Izenbreg belakangan, “Setelah tahu tentang televisi, Ali biasa berkata, “Dimana? Bawa kamera! Aku siap sekarang.”
Seiring waktu, pandangan keagamaan Ali berkembang. Pertengahan 1970-an dia mulai lebih serius mempelajari Al-Qur’an dan menjadi sosok yang sangat religius. Tidak seperti banyak orang terkenal, Ali bukanlah hasil kreasi media. Dia menggunakan media dengan cara yang luar biasa. Dia datang di waktu yang tepat, pada saat itu berkaitan dengan perkembangan televisi.
Ketika Ali memasuki arena publik sebagai atlet. Bagi banyak orang, ini sangat penting. 17 Februari 1966 dia di reklasifikasi dalam kategori 1-A (memenuhi syarat untuk wajib militer) oleh selective service system (badan pemerintah yang mengelola informasi seputar orang-orang yang berpotensi menjalani wajib militer) dan melontarkan kalimat yang terus diingat, “Saya tidak punya masalah dengan Vietkong.”
Ali kadang berbuat salah. Ada sisi dirinya yang tak rasional. Terkadang dia terperdaya dan muda dipengaruhi. Namun, hatinya bersih, dan mengasihani orang lain. Kasih sayang itu mewujud setiap hari, jika bukan dipanggung, maka di kehidupan pribadinya. Ali orang baik, kerap kali membicarakan impiannya dan tidak pernah menyebut-nyebut kesulitannya. Buku ini berisi tentang kisah Muhammad Ali sang petinju yang membuat semua khalayak terpukau menyaksikan tinjuannya yang indah.
Dalam kehidupannya di ring tinju, Ali selalu memberi julukan kepada lawan-lawan tinjunya. Banyak tinjuan dan jurus yang tak terduga selalu hadir saat bermain di ring tinju. Dia juga selalu berfikir positif akan apa yang di lalui di depannya.
Sosok Muhammad Ali adalah seorang atlet petinju legendaris yang pernah ada dengan segala kekurangannya, namun tertutupi karena kecantikan tinjunya dan kebaikannya terhadap semua orang yang dekat dengannya.
Kondisi fisik Ali banyak berubah sejak terkena sindrom parkison yang di deritanya. Akan tetapi, Ali tetap memperlihatkan keadaan seperti biasanya, baik dari kefasihan bicara maupun kejernihan pikirannya. Ali semakin tidak membaik ketika menua. Kehidupan dunia bukanlah abadi. Kemundurannya menjadi sebuah tontonan yang bisa dilihat seisi dunia. Banyak orang yang mengkhawatirkan keadaannya. Ali tetaplah seorang pahlawan.
Sinopsis
Hanya sedikit toko dunia yang bisa menggerakkan penikmat olahraga dan masarakat secara luas seperi Muhammad Ali. Banyak juga yang mencoba menafsirkan kembali pengaruh dan warisannya kedalam tulisan. Kini, Muhammad Ali: A Tribute to the Greatest memberikan kesempatan bagi kita untuk mengapresiasi secara mendalam kebenaran dibalik sosok ini-sekaligus memahammi Ali dan cara-cara yang ia gunakan unuk menafsirkan kembali pandangan dunia mengenai sosoknya yang penuh konroversi.
Lewat buku ini, Thomas Hauser, penulis buku laris versi The New york Times yang mendapatkan kepercayaan penuh dari Ali untuk menuliskan biografinya, memberikan sudut ng terbaru tentang kehidupan sang petinju legendaris. pandaBerdasarkan kedekatan personal, wawancara dengan kawan-kawan dekat dan orang-orang yang sezaman dengan Ali, serta laporan jurnalistikmengenai tinju yang mutahir selama beberapa dekade, Hauser mengeksplorasi Ali secara terperinci, baik di dalam maupun di luar ring tinju.
Muhammad Ali: A Tribute to the Greatest menguliti perubahan ini untuk mengungkapkan sosok Ali yang sebenarnya. Sosok yang penuh cinta kasih, menjunjung tinggi perdamaian, kebanggaannya akan Islam dan persamaan hak manusia, hingga responnya terhadap dunia sekitar yang membenci sekaligus mencintainya.
Kelebihan dan kekurangan
Banyak pelajaran dari buku Muhammad Ali: A Tribute to the Greatest yang berharga dan kehidupan sosok petinju legendaris untuk dunia, khususnya untuk kita pelajar yang berada di zaman belakangan ini. Buku ini berisi perjalanan hidup yang penuh berwarna, dan sangat memotivasi setiap pembaca untuk melakukan yang terbaik. Pada buku ini juga sama sekali tidak ada rekayasa sedikit pun dari kisah kehidupannya. Sebagai salah satu pecinta buku biografi, saya sendiri sebagai pembaca menyukai kisah Muhammad Ali dan mengenal biografinya dari buku ini. Sangat terlihat jelas, sinopsis dari buku ini juga mempunyai kesan menarik bagi pembaca.
Namun, buku Muhammad Ali: A Tribute to the Greatest ini memiliki catatan khusus yang perlu diperhatikan, yakni gambar dan kertas pada cover buku ini kurang menarik sehingga kurang memotivasi khalayak untuk membacanya. Kertas dari keseluruhan bukunya juga tipis, sehingga mudah tersobek.
Meskipun demikian, buku ini benar-benar cocok untuk dijadikan referensi buku bagi sejarawan dan pelajar yang menyukai biografi sejarah tokoh atlet dunia. Tokoh utama dari isi buku ini juga merupakan sosok yang dapat menjadi teladan untuk kita semua.
Peresensi: Aulia Ulil Azmi
Editor: Anggun Sasmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar