National Young Inventors Award (NYIA) merupakan ajang kompetisi bagi remaja dalam melakukan inovasi dan invensi di bidang teknologi yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pada tahun ini, terdapat satu tim dari MAN Insan Cendekia Kota Kendari yang menjadi finalis dalam kompetisi NYIA ke-15 ini, yakni Marsa Adawiyah (XII IPA 3) dan Dina Aulyah S. Riastami (XII IPS) dengan judul karya, “FADRONICK : Rancang Bangun Prototipe Quadcopter Drone dengan Sistem Flame Detector Berbasis Algoritma YOLOv4 sebagai Media Informasi Bencana Kebakaran”.
“Awalnya saya diberi tahu oleh salah satu guru, beliau bilang mungkin bagus jika ada yang mengikuti perlombaan ini, banyak hadiahnya, akhirnya saya mencari tahu lebih dalam lagi dan dalam juknisnya harus bikin drone, ternyata bisa ber-tim. Saya mengajak Dina dan dia mau, saya juga bertanya-tanya kepada teman angkatan saya, siapa yang mengerti robotik. Awalnya saya mau mengajak Hanif tapi dia olim dan dia menyarankan Aqil, Iqbal.” Ujar Marsa pada tanggal 17 Oktober 2022 ketika saya bertanya mengenai awal mula pembuatan drone ini di Asrama Putri MAN Insan Cendekia Kota Kendari.
“Aqil tidak mau, ternyata ada Ribhi yang mau dan dia bilang kalau dia belum terlalu mahir juga. Saya ajak Iqbal tapi dia tidak mau, kan kalau begitu jika tidak ada kemauan tidak bisa juga. Saya bujuk-bujuk terus Iqbal sampai dia mau. Di situ saya juga mencari sendiri pembimbing, saya tanya Kak Umi dan dia menyarankan sama Kak Mail padahal di situ posisinya Kak Mail beda kota tapi untungnya dia lagi libur jadi kita cari-cari waktu disitu untuk bimbingan.” Lanjut Marsa.
Pada awalnya, pembuatan drone ini ditujukan untuk salah satu perlombaan yang diselenggarakan oleh Kementrian Pertahanan dan Keamanan, di mana dalam aturannya karya yang dihasilkan haruslah dalam bentuk teknologi berupa drone dan dapat diikuti oleh semua golongan, mulai dari dosen hingga pelajar. Dalam perlombaan ini, Marsa dan Dina membuat drone bernama “FADRONICK (Fire Alarm Detection Drone Insan Cendekia Kendari)” sebagai media informasi bencana kebakaran pendeteksi api yang idenya diperoleh dari jurnal-jurnal. Namun ternyata, mereka belum mendapatkan kesempatan untuk menang pada perlombaan tersebut.
Menurut Marsa, hambatan yang dirasakan adalah ketika kerja sama tim, di mana dalam satu tim itu terdiri dari beberapa anggota dengan watak yang berbeda, sehingga harus saling mengerti antar anggota. Selanjutnya adalah dana, dana itu tidak selamanya ada ketika dibutuhkan sehingga mereka memutuskan untuk memakai dana sendiri terlebih dahulu. Yang terakhir yaitu dalam memahami sistem, di mana dalam dunia robotik itu banyak istilah-istilah yang menurut Marsa agak sulit untuk dipahami dikarenakan juga Marsa baru saja menggeluti dunia robotik tersebut.
Dari kegagalannya pada perlombaan kementerian tersebut, ternyata Marsa dan Dina mendapat kesempatan untuk menjadi finalis pada kompetisi NYIA ke-15 yang diselenggarakan oleh BRIN. Hal tersebut dikarenakan motivasi yang mereka miliki untuk pantang menyerah dan selalu memasang target serta mencari tujuan.
“Saya lagi dikelas saat membuka pengumumannya, saya tidak menyangka, saya bingung kalau terlalu berharap, tapi saya bangga.” Jelas Marsa ketika ditanya mengenai perasaannya ketika melihat pengumuman NYIA.
Hal-hal yang mereka siapkan saat ini untuk presentasi dan pameran NYIA ke-15 di Jakarta yakni selalu menjaga kesehatan dan karantina untuk penguasaan materi, alat, dan lain lain. Harapan dan tujuan mereka kedepannya adalah mendapatkan sertifikat nasional dan yang paling utama adalah hasil karya mereka yang berdampak dan dapat berguna untuk masyarakat. Marilah kita doakan agar Marsa dan Dina dapat mendapatkan hasil yang terbaik di kompetisi NYIA 2022 pada 24 hingga 28 Oktober ini.
Penulis: Zahra Nurul Haniyyah
Editor: Anggun Sasmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar