Rabun jauh (mata minus) atau secara medis disebut dengan myopia adalah kondisi dimana mata tidak mampu melihat objek yang relatif jauh dengan jelas terlihat kabur dan memiliki kemampuan untuk melihat objek yang relatif lebih dekat dengan jelas. Manusia yang mengalami cacat mata rabun jauh memiliki titik dekat penglihatan kurang dari 25 cm dan titik jauh dalam jarak tertentu. Mereka dapat melihat dengan jelas benda-benda yang berjarak sekitar 25 cm. Tetapi mereka tidak dapat melihat benda-benda berjarak jauh. Hal ini disebabkan karena lensa mata penderita rabun jauh tidak dapat menjadi lebih pipih sehingga benda-benda yang berjarak jauh bayangannya terbentuk di depan retina. Masalah penglihatan yang buruk ini lebih umum dialami oleh orang dewasa yang lebih muda. Kemampuan fokus mata bisa mulai menurun pada masa kecil, dan terus menurun hingga masa remaja. Namun biasanya kondisi akan stabil pada awal usia 20-an, dan setelah itu kebanyakan orang merasa tidak perlu sering lagi untuk mengubah resep kacamata atau lensa kontak resep bahkan tidak sama sekali.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi progresivitas miopia pada usia sekolah. Faktor genetik dan kebiasaan atau perilaku membaca dekat disertai penerangan yang kurang menjadi faktor utama terjadinya miopia. Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media visual yang ada. Kurangnya outdoor activity juga mempengaruhi pertumbuhan miopia. Vitamin D yang didapat ketika melakukan aktivitas luar ruangan memiliki peran dalam pembentukan kolagen dimana merupakan komponen utama sklera (Riordan, 2007). Intensitas cahaya yang tinggi juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan myopia karena mempengaruhi bekerjanya pupil dan lensa mata (Karouta, 2015) (Sofiani & Santik, 2016)
Pada masa sekarang tidak jarang kita melihat baik itu anak SD,SMP,SMA, malah ada yang di usia 5 tahun kebawah pun sudah memakai kacamata rabun jauh. Terkadang mata minus itu akibat membaca dengan keadaan gelap, posisi baring, dank arena keturunan. Penyebab mata minus:
1. Faktor etnis
2. Keturunan
3. Kebiasaan yang buruk
4. Penyakit
Pencegahan mata rabun:
Kita memberi jarak yang cukup antara mata dengan objek yang dilihat, baik saat membaca atau menggunakan computer. Gunakan pencahayaan yang cukup terang dan jangan membaca dalam keadaan lampu remang atau redup. Sebaiknya tidak membaca sambil tiduran, karena posisi tersebut akan membuat mata cepat capek akibat jarang pandang yang berubah-ubah membuat mata menjadi tidak fokus. Usahakan mengurangi berada di depan komputer, handphone dan semacamnya dengan waktu yang cukup lama. Sebaiknya setiap dua jam sekali mata diistirahatkan dengan cara memejamkan mata selama 1 menit atau melihat pemandangan yang hijau selain layar komputer. Mengurangi makanan yang tinggi protein karena diduga bisa menambah minus pada mata. Mengonsumsi segala jenis sayuran dan buah-buahan.
Cara mengurangi mata minus :
1. Konsumsi makanan yang memberikan nutrisi pada mata, terutama suplemen mata
2. Melepas kacamata jika tidak diperlukan
3. Sering-sering mengganti objek pandang
4. Sering-sering menatap objek yang jauh, terutama yang berwarna hijau
5. Melatih mata dengan melihat benda-benda yang bergerak
6. Biasakan untuk menyisihkan waktu 15 menit setiap jamnya untuk mengistirahatkan mata
7. Lakukan terapi daun sirih, terapi lilin, senam mata
8. Kompres dengan air hangat
Untuk mengurangi mata minus pada terapi lilin. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, ada salah seorang yang sudah melakukan terapi lilin dengan rutin yang tadinya ia memiliki minus mencapai tiga dioptri . Setelah melakukan terapi lilin, perlahan lahan minus nya berkurang dan sekarang ia sudah tidak memakai kacamata lagi.
Jadi, kita dapat simpulkan bahwa myopia dapat di sembuhkan dengan beberapa point diatas, dan kita juga dapat menghindari miopia dengan penjelasan diatas. Tetapi dalam penyembuhan myopia membutuhkan waktu, tergantung dengan tinggi minus yang dialami.
Daftar Pustaka
Sofiani, A., & Santik, Y. D. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT MIOPIA PADA. Unnes Journal of Public Health, 5(2), 2252-6781.
Penulis: Alyani Nur Fajrina Sisman
Editor: Waode Alifya Fatimah Azzahroh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar