Indonesia Fashion Week 2019 telah sukses di gelar Jakarta Convention Centre pada tanggal 27 - 31 Maret 2019. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pekan mode ini diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). IFW 2019 kembali mengangkat kebudaan Indonesia sebagai visi besarnya. Tema yang diambil adalah 'Cultural Values'. Secara khusus, tahun ini IFW menggaungkan budaya Kalimantan seperti kain tenun, sonket.
Salah satu putri terbaik Sulawesi Tenggara di kancah desainer, Risza Novinaty. Berhasil mencuri perhatian publik dengan penggunaan limbah botol plastik sebagai bahan utama dalam rancangan tenun yang Ia tampilkan di Indonesia Fashion Week 2019.
Risza Novianti atau yang lebih dikenal dengan nama Risza “Icha” Novianty lahir Di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 24 november 1989. Ia sedari kecil sejatinya telah meminati seni desain namun baru mendalami bidang tersebut ketika Ia menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Telkom, Ia melanjutkan pendidikannya di Holmes Institute Of Master Design, Australia. Setelah lulus ia aktif mengikuti berbagai even fashion design di Indonesia.
Karyanya dalam pegelaran Fashion Modern Ethnic bertema Kemilau Sulawesi Tenggara, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Bombana dan Buton sukses mencuri perhatian, Moronene di Wolio (Bombana di Tanah Buton) adalah Tema yang dibawa oleh SAO dengan 9 jenis desain di pergelaran Fashion paling bergengsi di Indonesia. Risza menggabungkan motif kain tenun dan batik bombana dengan Buton, serta pewarna alami dari Pulau Buton. Ia memilih tema ini karena menurutnya 2 motif tenun dari dua daerah ini sangat cocok untuk digabungkan dan ditampilkan.
x
https://www.gettyimages.in/detail/news-photo/models-showcase-designs-on-the-runway-during-the-sao-by-news-photo/1138664440
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah karya desain baju modern casual tenun yang dipadukan dengan kain daur ulang sampah plastik, dengan warna dasar yang digunakan berasal dari pewarna alami. Tak hanya itu Ia juga bekerja sama dengan Bank Sampah Ternate untuk Mengolah limbah plastik di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Timur, menjadi berbagai aksesoris seperti anting dan kalung. “ Saya cukup exciting dalam pembuatan desain ini, karena belum banyak tenun berbahan dasar plastik “ ujar Risza via telepon pertanggal 18 oktober 2022.
Untuk mengubah plastik menjadi benang, SAO menggunakan teknologi berkualitas tinggi dari Thailand, hal tersebut membuat harga dari tenun ini menjadi cukup mahal. Penggunaan bahan dasar plastik sebagai bahan dasar dari kain tenun diprediksi akan membuat pemakai akan merasa panas, namun ternyata tidak. “ Kami kira akan panas karena terbuat dari plastik, namun ternyata nayaman-nyaman saja “ujar Risza via telepon pertanggal 18 oktober 2022.
Proses pembuatan tenun ini tidaklah mudah, Risza bersama timnya dapat menyelesaikan tenun ini melalui proses panjang selama 3 bulan. Tentunya dengan persiapan yang matang dipadukan dengan skill para crew tim SAO membuat mereka dapat menyelesaikan pembuatan kain tenun ini dengan baik. ” Pertama pastinya saya sebagai fashion designer akan berkonsultasi dengan team dekranasda kabupaten untuk menyepakati tenun apa yg akan kita tampilkan. Setelah itu saya melakukan riset mengenai arti dari motif tenun itu sendiri , setelah itu mulai merancang sketsa Design dan mulai di proses produksi dari pembuatan pola, sewing hingga finishing proses ini dilakukan selama 3 bulan sebelum ditampilkan ke IFW “ujar Risza via telepon pertanggal 18 oktober 2022.
Suksenya SAO menampilkan desain baju modern casual tenun ramah linkungan, dengan tema Moronene di Wolio yang sukses mencuri perhatian di IFW 2019, membuat Risza berharap motif-motif tenun dari Sulawesi Tenggara dapat dikenal dikancah Nasional maupun Internasional. “ Sebagai salah satu designer yang besar di Sulawesi Tenggara tentunya saya memiliki harapan yang besar, agar motif2 kain tradisional Sulawesi tenggara bisa dikenal dikancah nasional dan internasional, dan pegelaran IFW ini salah satu pintu besar untuk memperkenalkan motif-motif kain tradisional sultra. Kami para designer Sultra akan terus berkarya dan memberikan yang terbaik untuk mempromosikan motif-motif kain tradisional Sultra tapi tentunya harus sejalan dengan dukungan dari Pemprov dan semua masyarakat dari Sulawesi Tenggara.” ujar Risza via telepon pertanggal 18 oktober 2022.
Penulis : A. Ahmad Abrar Sao-Sao (XI IPA 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar