Senin, 05 Desember 2022

Krisis Energi Dunia: Nuklir Sebagai Satu dari Berbagai Alternatif Utama Pengganti Fosil

Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan manusia akan energi terus mengalami peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun, sehingga pemenuhan akan tingginya permintaan sulit terpenuhi karena terbatasnya lokasi dan jumlah energi yang dapat diambil. Pada akhirnya hal ini menjadi problem besar yang harus dihadapi oleh dunia internasional saat ini.

Krisis energi merupakan suatu kondisi dimana kebutuhan akan energi tidak dapat dipenuhi secara sempurna, kekurangan dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini merunjuk pada kekurangan minyak bumi, listrik, batu bara dan sumber daya lainnya. Tidak lagi ditemukannya cadangan dalam jumlah yang besar pada rentang waktu terakhir membuat hampir seluruh dunia menjadikan permasalahan energi menjadi problem besar yang perlu ditangani secara serius.

Beberapa penyebab terjadinya krisis energi, yaitu konsumsi berlebihan dan pemborosan energi. Adanya tekanan dan penggunaaan energi berlebihan pada bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batu bara karena konsumsi berlebihan. Akibatnya dapat membebani sumber daya air dan oksigen dengan menyebabkan polusi dan upaya pengurangan limbah menjadi sumber penghematan energi tidak mampu menangani krisis energi. Sehingga, membutuhkan tindakan baik pada tingkat individu maupun kolektif. Pemborosan dan penggunaaan energi secara berlebihan terjadi karena didukung oleh peningkatan populasi dunia dan tingginya permintaan akan energi. Permintaan energi akan diperkuat oleh ledakan demografis dan ekonomi di daerah-daerah yang sedang berkembang. Diperkirakan bahwa populasi dunia akan mencapai hampir 10 miliar orang pada tahun 2050. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), permintaan energi global dapat meningkat lebih dari 50% pada tahun 2030 tanpa adanya kebijakan publik di bidang ini.

Selanjutnya pilihan energi terbarukan masih tetapi tidak digunakan atau kurang dimanfaatkan disebagian besar negara, yang masih saja bergantung kepada penggunaan batu bara. Selain itu, keterlambatan dalam Commissioning Pembangkit Listrik. Hasilnya, sistem berada dibawah tekanan besar untuk memenuhi permintaan listrik sehari-hari. Ketika pasokan tidak sesuai dengan permintaan, hal tersebut dapat mengakibatkan pelepasan beban bahkan pemadaman sistem.

Infrastruktur dan sistem distribusi yang buruk juga menjadi salah satu faktor penting krisis energi. Beberapa negara di dunia masih menggunakan peralatan usang yang membatasi produksi energi yang efisien dan efektif. Pemadaman listrik, gangguan saluran dan gangguan pasokan adalah akibat dari sistem distribusi yang buruk menyebabkan pasokan energi menjadi lebih mahal.

Kecelakaan-kecelakaan besar seperti patahan atau putusnya jalur utama, dan bencana alam seperti kekeringan, banjir, angin topan, letusan gunung berapi, dan gempa bumi menyebabkan terhentinya pasokan energi. Perang antar negara juga dapat menghambat pasokan energi, terutama jika terjadi di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, UEA, atau Qatar sebagai pemasok energi utama atau minyak. Hal ini menyebabkan kenaikan harga minyak dan kelangkaan global yang pada gilirannya memiliki efek riak yang menyebabkan masalah bagi konsumen energi.

Selain itu, kenaikan pajak, pemogokan, peristiwa politik, musim panas yang parah atau musim dingin yang dingin dapat menyebabkan peningkatan permintaan energi secara tiba-tiba dan dapat menghambat pasokan.

Diketahui pada tahun 2003 sampai 2004, peningkatan konsumsi energi mengalami peningkatan rata-rata hingga 1.6 % sampai 4.3%. batu bara dan gas bumi saat ini masih menjadi sumber daya listrik utama yang digunakan oleh berbagai negara. Sehingga naiknya harga batu bara dan gas alam pada tahun 2021 menjadi kenaikan tertinggi dalam sejarah dan terjadi dalam waktu singkat. Hal ini memicu krisis energi dunia pada 2021 yang pada akhirnya krisis ini banyak mengubah posisi negara-negara maju untuk tidak terburu-buru dalam menghentikan penggunaan batu bara. Adanya krisis energi saat ini disebabkan adanya global recovery dari pandemi yang pesat dan diluar perkiraan.  pemulihan ekonomi global pasca Pandemi covid-19 yang melanda dunia telah menghambat hampir seluruh aktivitas ekonomi. Ketika aktivitas ekonomi menurun, maka permintaan konsumen terhadapat kebutuhan  energi juga menurun. Di samping itu, transisi energi hijau juga belum dapat menutup sepenuhnya penggunaan energi batu bara dan gas bumi.

Problem utama yang dihadapi oleh dunia dan indonesia adalah perlunya kebutuhan listrik yang terus meningkat setiap tahun, namun tetap mempertimbangkan pengendalian pemanasan global. Hampir seluruh negara didunia berlomba-lomba dalam mengurangi emisi, terutama dari sektor energi. negara-negara tersebut mulai menonaktifkan pembangkit listrik batu bara dan menjadikan gas alam sebagai penggerak utama energi. Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya efektif, di negara eropa dan inggris sedang mengalami krisis energi yang disebabkan karena Tenaga angin di laut utara yang menjadi andalan di Inggris, Jerman, dan Denmark serta tenaga hidro di Norwegia. Sekarang, kedua sumber tersebut mengering, angin tidak bertiup, dan ketinggian air di Norwegia merosot. Bahkan, Amerika Selatan juga menghadapi masalah yang sama.

Semua hal ini menjadi sebuah resep untuk ‘the perfect storm’, sebuah krisis energi global yang belum pernah terjadi dalam sejarah yang akhirnya menyebabkan terjadinya lonjakan tarif listrik tertinggi dalam sejarah dunia. Sehingga implementasi sumber energi terbarukan sangat penting untuk terus dikembangkan di Indonesia. Bila tetap bergantung kepada energi fosil maka akan menimbulkan ancaman serius, yaitu  menipisnya cadangan batu bara dan minyak bumi, kenaikan/ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi  dan polusi gas rumah kaca (terutama CO2 ) akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Energi terbarukan yang paling sering digunakan saat ini adalah tenaga surya dan turbin. Kedua sumber energi ini bersifat intermiten dan daya yang dihasilkan tidak sebanyak yang diharapkan. Sehingga masih diperlukan energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus lebih memiliki potensi penghasil energi yang tinggi.

Pada Rabu 10 November 2021, dalam Diseminasi Hasil Kajian Akademik Nuklir sebagai Solusi Energi Ramah Lingkungan PSLH UGM, Dra. Riyatun, M.Si, Dosen Fisika UNS, menyatakan bahwa energi saat ini harus memenuhi 2 aspek penting yaitu dari segi cost, reability, large scale dan minimal impact on the environment & ecosystem. Salah satu energi alternatif utama yang dapat memenuhi tingginya kebutuhan akan energi yaitu nuklir.

Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat salah satu negara di eropa yang tidak terlalu terpengaruh dengan krisis energi bahkan masih menjadi net exporter energi kedua terbesar setelah Norwegia, yaitu Prancis. Hal ini dapat terjadi karena Prancis melakukan banyak perencanaan yang berdasarkan fakta dan data yang sebenarnya bukan berdasarkan asumsi atau keyakinan yang tidak mendasar. Membuktikan keandalan nuklir  tidak berpengaruh terhadap efek volatilitas bahan bakar serta menafikan bahwa nuklir merupakan teknologi yang sudah terbukti andal dan memiliki tingkat keselamatan tertinggi.

Nuklir merupakan solusi ramah lingkungan yang lebih efisien dalam menghasilkan energi  berkelanjutan untuk mengejar Indonesia sejahtera dan rendah karbon pada tahun 2050. Nuklir telah berkonstribusi sebagai salah satu bauran energi bersih dunia dalam menghilangkan lebih dari 70 giga ton gas rumah kaca. Nuklir memenuhi 6 kriteria green energy, yaitu tidak adanya emisi, mempunyai footprint yang kecil, sumber energi tidak merusak ekosistem, harus memperhatikan pengelolaan limbah, berkelanjutan, dan terjangkau. Pengaplikasian nuklir dalam pemenuhan energi yaitu dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inilah yang diubah menjadi energi listrik.

Krisis energi dunia merupakan salah satu isu intens yang sedang dibicarakan dalam dunia nasional dan  internasional. Permasalahan ini telah memberikan dampak buruk terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, terutama terhadap prokonomian masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekonomi tidak dapat mengandalkan energi yang bergantung kepada cuaca maupun ekonomi tidak dapat terlalu bergantung kepada energi yang memiliki volatilitas harga yang tinggi, dengan kata lain komponen harga bahan bakar tidak boleh menjadi faktor dominan dalam biaya pokok produksi listrik.

Smart grid dan battery storage tidak selalu dapat menjadi solusi intermittency dan yang terpenting ialah dalam phasing-out energi fosil harus digantikan dengan energi bersih yang memiliki kemampuan, keandalan dan keekonomian yang setara dengan energi fosil. Salah satu energi yang dapat dijadikan sumber energi terbaru yaitu nuklir.

Penulis: Fiqih Nur Istiqamah

Editor: Nauval Afif Muhammad


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Lagu Pluto Projector By Rex Orange County

  Artis: Rex Orange County Dirilis: 2019 Album: Pony Genre: Alternatif/Indie Rsensi Lagu: Lagu ‘Pluto Projector’ milik Rex Orange ...