Dalam sepuluh tahun terakhir pendidikan karakter tengah gencar
didiskusikan di berbagai forum ilmiah seperti seminar, simposium, lokakarya,
workshop, dan seterusnya. Latar belakang munculnya tema ini tidak lepas dari
fenomena dekadensi moral yang ditandai oleh pudarnya nilai-nilai kebersamaan
antar elemen masyarakat, meningkatnya aksi kekerasan dan kejahatan, dan
berbagai bentuk dekadensi moral lainnya yang menghimpit bangsa
Indonesia.Keunggulan kekayaan alam Indonesia tidak dapat mengatasi
persoalan-persoalan di segenap sektor kehidupan. Menurut Fukuyama (2011),
bangsa yang mampu bertahan atau memenangkan suatu kompetisi bukanlah bangsa
yang memiliki kekayaan alam melimpah, melainkan bangsa yang memiliki modal
sosial tinggi dengan karakteristik antara lain memiliki rasa kebersamaan
tinggi, tumbuhnya rasa saling percaya baik secara vertikal maupun horizontal,
dan rendahnya tingkat konflik. Lickona (2012) juga memaparkan hal serupa
mengenai pembentukan kualitas bangsa.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di
sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini
peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi
juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini. Bayangkan persaingan
apa yang akan muncul di tahun-tahun mendatang? Yang jelas itu akan menjadi
beban kita dan orang tua masa kini.
Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan
rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih
akan berkarya di tahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan
kualitas sumber daya manusia pada milenium mendatang tentunya membutuhkan good
character. Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari
sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh
perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan
interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang
mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan
oleh emotional quotient
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai
karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter
bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang.Akan
tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka
perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan
sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, perkembangan budaya dan karakter
dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta
didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa.Lingkungan
sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila, jadi pendidikan budaya dan karakter
adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui
pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan karakter atau pendidikan watak
sejak awal munculnya pendidikan oleh para ahli dianggap sebagai suatu hal yang
niscaya. John Sewey, misalnya, pada tahun 1916 yang mengatakan bahwa sudah
merupakan hal yang lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak
merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah.
Kemudian pada tahun 1918 di Amerika Serikat (AS), Komisi Pembaharuan Pendidikan
Menengah yang ditunjuk oleh Perhimpunan Pendidikan Nasional melontarkan sebuah
pernyataan bersejarah yaitu tujuan pendidikan umum. Lontaran itu dalam sejarah
kemudian dikenal sebagai “Tujuh Prinsip Utama Pendidikan”, antara lain:
1. Kesehatan
2. Penguasaan proses-proses fundamental
3. Menjadi anggota keluarga yang berguna
4. Pekerjaan
5. Kewarganegaraan
6. Penggunaan waktu luang secara bermanfaat
7. Watak susila
Pendidikan ke arah
terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan tanggungjawab semua guru.
Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh guru. Dengan demikian, kurang
tepat jika dikatakan bahwa mendidik para siswa agar memiliki karakter bangsa
hanya ditimpakan pada guru mata pelajaran tertentu, misalnya guru PKN atau Guru
PAI. Walaupun dapat dipahami bahwa yang dominan untuk mengajarkan pendidikan
karakter bangsa adalah para guru yang relevan dengan pendidikan karakter
bangsa.Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok
teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Sebab tidak akan memiliki makna
apapun bila seorang guru PKn mengajarkan menyelesaikan suatu masalah yang
bertentangan dengan cara demokrasi, sementara guru lain dengan cara otoriter.
Atau seorang guru pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan para siswanya
dengan cara yang nalar sementara guru lain hanya mengatakan asal-asalan dalam
menjawab.
Perkembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pengertian Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan
di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan Pendidikan
Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan Pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
Pendidikan Nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan
karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa,
dan pendidikan.
Strategi
Pendidikan Karakter yang akan dibahas adalah Strategi Pendidikan Karakter
melalui Multiple Talent Approach (Multiple Intelligence).Strategi
Pendidikan Karakter ini memiliki tujuan yaitu untuk mengembangkan seluruh
potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun Self
Concept yang menunjang kesehatan mental.
Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan
bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimilikinya.Ada banyak
cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan prestasi
akademik yang diperoleh di sekolahnya dan anak didik tersebut mengikuti tes
intelegensia.Cara tersebut misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar,
kegiatan fisik atau kemampuan motorik atau lewat cara sosial emosional.
Menurut Gardner (1999), manusia itu sedikitnya memiliki 9
kecerdasan. Kecerdasan manusia, saat ini tak hanya dapat diukur dari
kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa.Ada banyak
kecerdasan lain yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia. Sedangkan
menurut Howard Gardner (1999) yang menjelaskan 9 kecerdasan ganda, apabila
dipahami dengan baik, akan membuat semua orang tua memandang potensi anak lebih
positif. Terlebih lagi, para orang tua (guru) dapat menyiapkan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di sekolah. Konsep Multiple
Intelligence mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang
mereka ingin ketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar