JUDUL : How To
Love Indonesia
PENGARANG : Buma
M. Sembiring
PENERBIT : Ketamine,
Creative Imprint of Tiga Serangkai
THN TERBIT : 2014
TEBAL HALAMAN :
273 Halaman
URUTAN CETAKAN :
Cetakan 1
ISBN :
978-979-045-774-4
Pendahuluan :
Salah satu buku pemenang ajang “Seberapa Indonesiakah Dirimu?” Sebuah novel
yang menceritakan kisah gadis pecinta anime yang tinggal di Tanah Karo.
Memiliki seorang sahabat bernama Suri. Mereka berasal dari latar belakang
berbeda. Suri asli Jawa. Berbeda tradisi dan kepercayaan tak lantas membuat
jarak di antara keduanya.
Dea namanya, memiliki seorang kakak yang cerewet dan galak. Tinggal bersama
sosok ibu yang kuat dan ayah yang keras. Meski kakaknya terbilang dewasa, masih
suka cengeng untuk hal sepele. Berbanding terbalik dengan Dea yang
kekanak-kanakan namun tak suka menangis.
ISI / SINOPSIS
Dea salah satu mahasiswi jurusan Sejarah yang suka membaca novel genre
fantasy maupun romantis. Sosok introvert yang tidak suka diajak ke pesta
pernikahan.
Memiliki seorang tetangga yang sering mencuri pandang kepada kakaknya.
Kakaknya merasa risih dengan penampilan pria ala Koboy namun tak berkuda.
Karena ini menyapu halaman menjadi wajib bagi Dea, meski sapu lidi pinjam ke
sepupunya. Letak rumahnya tak jauh dari rumah Dea.
Si Topi Koboy julukan yang sering Dea dengungkan kepada kakaknya. Pakaian
saat pergi ke ladang kontras dari petani biasanya. Hampir setiap hari Si Topi
Koboy menatap ke rumah Dea demi melihat wajah kakaknya.
Ternyata Ibu Dea yang memiliki Ladang yang berdekatan dengan lelaki penyuka
topi Koboy, menjadi menantu idaman ibu Dea.
Pekerja keras, rajin, sopan dan ganteng maksimal. Sudah tersemat pada pria
berusia 35 tahun. Kakak Dea tidak suka dengan lelaki tersebut. Selain itu,
sudah memiliki pacar. Dea tak henti-henti mem-bully.
Bagaimana olokan-olokan yang diciptakan Dea–dijuluki Beo, bisa membuat si
Koboy makan bersama dengan keluarga Dea? Tiap hari!
Suri sahabat setianya, meski sering kena semprot Dea. Karena otak kritisnya,
terhadap isu sosial yang minim moral. Tentang penerobos lampu pelangi. Tentang
pemboros kertas. Hingga kritis saat makan, menghitung jumlah nasi. Tetap
menyokong Dea mengalami hal terberat.
Membuat masalah dengan Dosen yang tak ingin dianggap salah. Hingga
mendapatkan nilai E.
Bagaimana perasaan seorang ayah, yang juga pengajar di Perguruan Tinggi
Swasta, menerima hal tersebut.
Sikap angkuh, cuek dan jutek namun masih bisa menitik airmata. Saat
berurusan dengan Ayahnya.
Kelebihan :
Buku ini menceritakan betapa
penting nya kita harus berkerja keras menjadi orang rajin dan berbakti pada
negeriii indonesia ini
Kekurangan :
Buku ini terlalu banyak halaman
nya dan alur cerita nyaa itu tidak saling menyambug
Kesimpulan
Awalnya saya mengira buku non fiksi. Tampilan luar yang benar-benar khas.
Setelah melihat hologram (bertanda khusus) pemenang 3. Saya yakin ini buku
hasil sayembara menulis.
Novel berbobot ringan dan alur santai benar-benar menguras kepala untuk
kritis. Penulis pandai bermain sudut pandang. Tanpa kesan menggurui. Buku ini
memiliki emosi yang kuat. Itu mengapa meski berlembar-lembar. Tidak ada rasa
kantuk.
Kisah hidup di Tanah Karo yang belum pernah saya bertandang. Memiliki ending
yang manis. Sadar mencintai Indonesia. Tak hanya dengan sebuah identitas WNI.
Tapi, benar-benar melaksanakan butir-butir Pancasila. Saling menghargai dan
menghormati kunci kebersamaan.
Saya menjadi sadar. Selama ini, masih jauh dari cinta Ibu Pertiwi.
Kedepannya, berharap bisa memetik nilai dari novel yang terbitan Metamind.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar