Kepercayaan merupakan bentuk dasar yang sangat penting untuk menaruh keyakinan terhadap seseorang. Definisi kepercayaan akan berbeda beda di berbagai sisi. Akan tetapi, memiliki satu tujuan yakni mempperoleh keyakinan. Kepercayaan adalah ketika kita tidak harus mempertanyakan seseorang tentang apa pun, karena kita tahu mereka tidak akan menaruh kekecewaan. Kepercayaan adalah Ketika kita tidak perlu menjelaskan diri kita sendiri karena orang lain sudah tidak memerlukan penjelasan dari kita. Kepercayaan-kepercayaan seperti inilah yang seharusnya diterapkan diantara murid-guru.
Seperti yang kita ketahui, hubungan murid dan guru sama halnya dengan hubungan antara orang tua dan anak di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, kepercayaan sangat dibutuhkan untuk membangun keyakinan diantara keduanya. Akan tetapi, di era sekarang khususnya di Indonesia kepercayaan antara guru dan muridnya terbilang minim. Dampak dari kepercayaan yang minim ini akan menimbulkan adanya ketidak terbukaan antara keduanya. Padahal, Kepercayaan yang terbentuk dapat menjadi landasan untuk terciptanya komunikasi dua arah yang lancar dan terbuka. Dengan begitu, suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Pengaruh kinerja guru terhadap kinerja sekolah
Kinerja seorang guru yang diharapkan saat ini sesuai dengan amanah Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen lebih diarahkan ke profesi pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapanyang memenuhi standar mutu, atau norma tertentu sehingga memerlukan pendidikan profesi.
Kinerja guru sangat menentukan kinerja sekolah, karena pendidikan bermutu hanya bisa diraih jika sekolah memiliki guru-guru yang bermutu. Untuk tercapainya tujuan tersebut dibutuhkan perilaku in-role (organizational citizenship behavior) guru itu sendiri. Peningkatan perilaku in-role tersebut didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah dan kepercayaan dari para guru. Kekuasaan yang baik akan mempengaruhi tingkat kepercayaan anggota terhadap pimpinannya sehingga dapat memberikan pengaruh positif. Adapun kontribusi dari kinerja guru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran yakni sebesar 34% dengan tingkat korelasi sebesar 49,1%. Uji hipotesis membuktikan bahwa kinerja guru berpengaruh dalam hasil belajar siswa.
Dampak dan penyebab dari kinerja guru “ketidak percayaan” terhadap muridnya.
Diluar sana, ada banyak dampak yang terjadi akibat tidak terbangunnya kepercayaan guru terhadap muridnya. Kita bisa mengambil contoh pada kasus guru yang menendang perut muridnya hingga mengalami luka memar dibagian tulang rusuk sebelah kanan. Kasus ini terjadi di SD Negeri 3 Panusupan pada Februari 2016 lalu. Diketahui hal tersebut dikarenakan adanya kesalah pahaman. Kesalah pahaman ini terjadi akibat minimnya kepercayaan antara guru kepada muridnya.
Guru yang tidak mempercayai muridnya terkadang memiliki alasan tersendiri. Namun alasan apapun itu entah alasan pribadi maupun bukan, guru sepatutnya tidak boleh menaruh sikap tersebut diluar atau didalam lingkungan sekolah. Hal ini menjadi salah satu penghambat terciptanya guru berprofessional. Ada beberapa guru yang menaruh kepercayaan di Sebagian siswa saja. Misal hanya pada siswa/siswi yang terbilang berprestasi. Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental pada siswa. Adapun gangguan Kesehatan mental yang dapat terjadi pada siswa/siswi:
1. Masalah kesulitan belajar
anak yang mengalami gangguan gangguan kesehatan mental di sekolah seperti adanya pertentangan batin dan rasa rendah diri. Tidak adanya kepercayaan guru terhadap muridnya akan memunculkan rasa rendah diri yang berlebih sehingga akan menimbulkan gangguan kesehatan mental.
2. Masalah sikap
Di lingkungan sekolah sering Nampak adanya gangguan Kesehatan mental disekolah yang cukup kuat seperti dalam bentuk bersikap dingin, murung, pesimis yang berlebihan, acuh, mudah tersinggung, dan sebagainya. Masalah sikap ini dapat meliputi :
Ø Perubahan sikap ekstrem
Mulai membangkang juga adalah fase yang akan dilalui dalam tahap perkembangan emosional individu untuk menuju kemandiriannya.
Ø Perubahaan mood
Perubahan mood yang berlangsung lebih dari dua minggu adalah indikator kuat adanya gangguan kesehatan mental di sekolah pada individu.
3. Kurang konsentrasi
Kurang focus/konsentrasi juga bisa disebabkan karena pikiran mereka terpusat pada rasa malu, bersalah, atau sejenisnya. Kurang konsentrasi pada individu akan tampak nyata pengaruhnya pada nilai akademik dan pergaulannya.
Stop memberi perhatian lebih hanya pada siswa pandai
Dilingkungan sekolah, adapula guru yang sering kali hanya merespon siswa yang pandai saja. terkadang hanya perhatian pada siswa-siswa yang pandai, ironisnya lagi mereka mengabaikan siswa yang kurang pandai, bahkan juga ada beberapa guru yang melontarkan cela pada siswa-siswa tersebut. Perlakuan guru semacam itu sangatlah disalahkan dalam praktek pendidikan karena akan berdampak buruk sebagaimana berikut ini :
· Adanya rasa ketidaknyamanan kepada guru tersebut dan materi yang diajarkan
· Perasaan ketidaknyamanan siswa menyebabkan motivasi untuk memahami pelajaran semakin menurun
· Adanya kecemburuan sosial antara siswa pandai dan siswa kurang pandai akibat perlakuan guru tersebut
· Menurunkan perkembangan emosional siswa
Guru adalah orangtua kedua bagi siswa ketika di sekolah. Selayaknya orangtua, mereka adalah orang memberikan kasih sayang dan perhatian kepada semua anak-anaknya, begitulah guru yang seharusnya, kasih sayang dan perhatian tersebut harus ditujukan kepada semua siswa. Dan memang sudah menjadi watak bagi semua guru lebih suka kepada siswa-siswa pandai, tetapi tidak ada alasan untuk mengabaikan mereka yang kurang pandai.
1. Guru Adalah Orang Yang Memahami Karakter Siswa
Setiap siswa memiliki karakter, kepribadian, latar belakang, dan permasalahan yang berbeda-beda. Jangan pernah menyalahkan atau mencela siswa sebelum mengetahui alasan mengapa siswa tersebut berbuat salah, karena tidak semua kesalahan itu benar-benar suatu kesengajaan.
Begitu pula ketika menghadapi siswa yang tak paham materi, jangan langsung menyalahkan bahkan mencela sebelum mengetahui alasannya. Tidak semua siswa mampu merespon cepat dalam memahami materi pelajaran yang sudah disampaikan. Juga, setiap siswa memiliki bakat, keahlian, dan metode tersendiri dalam memahami pelajaran.
2. Guru Adalah Pengayom Siswa
Tak ada alasan bagi guru untuk mengabaikan siswa-siswa yang tidak aktif dan kurang pandai, karena guru adalah pengayom bagi semua siswa. Guru harus memberikan perhatian tanpa memandang karakter dan latar belakang siswa. Justru sebaliknya, mereka yang kurang pandai seharusnya mendapatkan perhatian lebih agar mereka semakin termotivasi belajar.
3. Guru Adalah Motivator Handal Bagi Siswa
Salah satu masalah terbesar guru saat ini adalah bagaimana membangkitkan motivasi belajar kepada siswa, baik motivasi belajar, motivasi emosional, maupun motivasi spiritual. Untuk itulah guru harus pandai-pandai dalam memberikan motivasi kepada siswa. Riset menunjukkan bahwa guru yang pandai memberikan motivasi mampu menjalin hubungan baik dengan siswa dan menjadi salah satu guru favorit.
Meski begitu, Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peran guru dalam proses belajaran mengajar belum dapat digantikan oleh mesin, radio, type rocorder ataupun komputer yang lebih modern. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain lain. Hal ini tidak lepas dari pentingnya kepercayaan guru terhadap muridnya, serta kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan hal tersebut dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman.
Penulis: Putri Anastasya
Editor: Anggun Sasmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar