Senin, 12 Desember 2022

Kesehatan Mental : Pengendaliannya di Era Globalisasi

Kesehatan mental sering kali ramai diperbincangkan dan menjadi trending topik di sosial media. Bahkan beberapa tahun terakhir semua masyarakat dipaksa untuk beradaptasi dengan situasi yang baru, apalagi setelah pandemi Covid-19 (Corona Virus Diseases-19). Di mana pada saat itu lingkup aktivitas dan bersosialisasi secara tatap muka sangat terbatas. Hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang pada kesehatan mental masyarakat.

            Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental adalah suatu kondisi kesejahteraan (well-being) seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Hal itu berarti kesehatan mental berpengaruh terhadap fisik seseorang dan akan mengganggu produktivitasnya. Apabila kesehatan mental seseorang terganggu, ia akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta gangguan emosi yang dapat mengarah pada perilaku buruk.

            Gangguan kesehatan mental ini dapat dirasakan oleh siapa saja, terutama banyak dirasakan oleh anak usia remaja saat ini. Umumnya, gangguan kesehatan ini muncul karena tekanan yang hadir dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Namun dapat terjadi juga karena tekanan dalam bidang akademik, perundungan (bullying), faktor keluarga, permasalahan ekonomi, dan lain-lain. Menurut paparan dari WHO pada tahun 2019, gangguan kesehatan mental ini lebih sering muncul karena beberapa hal sebagai berikut:

1.     Ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi.

2.     Perubahan pola tidur dan pola makan.

3.     Sulit tidur dan konsentrasi.

4.     Menggunakan obat-obatan.

            Tercatat menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018 bahwa sekitar  6,1%  dari  jumlah  penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang  mengalami gejala-gejala  depresi  dan  kecemasan dan pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat ini mengakibatkan penderitanya mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri dan sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir untuk bunuh diri.

            Depresi merupakan gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Depresi dapat bermula dari stres dan cemas berkepanjangan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan menurunya kualitas fisik. Untuk mengurangi stress, yang paling utama dilakukan adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui penyebabnya, maka akan memudahkan untuk menentukan cara menguranginya.

            Pencegahan depresi ini dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing-masing individu berbeda, ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks spiritual keagamaan, hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stress. Di era digital sekarang ini, mendengarkan musik juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi stress.

            Musik merupakan karya seni berupa bunyi atau suara yang memiliki nada, irama dan keselarasan. Di era globalisasi ini, musik semakin berkembang dan selalu berdampingan dengan manusia di kehidupan sehari-hari, utamanya para kaum remaja yang saat ini memiliki minat yang tinggi terhadap musik. Beberapa fungsi musik dalam kehidupan yakni:

1.     Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan.

2.     Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak.

3.     Musik mempengaruhi pernapasan.

4.     Music mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah.

5.     Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh.

6.     Musik dapat mengatur hormon yang berkaitan dengan stress.

7.     Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran.

8.     Musik dapat meningkatkan produktivitas.

9.     Musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme.

10.  Musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera.

10.

            Musik sebagai Bahasa universal dalam seni dan sains merupakan salah satu solusi yang ampuh untuk menghilangkan stress. Musik memang tidak dapat dimengerti dengan mudah oleh semua manusia, namun musik memiliki kekuatan untuk membuat pendengarnya merasakan perasaan dan menenangkan pikiran, jiwa, dan tubuh.

            Oleh karena itu, salah satu alasan mengapa seseorang mendengarkan musik adalah untuk mengatur emosi dan suasana hati. Musik sangat cocok untuk mengelola atau mengatur emosi dan stres dalam kehidupan sehari-hari karena memiliki kapasitas untuk mengalihkan perhatian dan melibatkan pendengaran dalam berbagai cara kognitif dan emosional. Musik  positif  memiliki  pengaruh  positif  terhadap  kontrol  emosi  dan  dapat  lebih mengarahkan  pada  emosi  positif  seperti  harapan,  kegembiraan,  dan  kedamaian,  sebaliknya  musik  negatif meningkatkan emosi, ketidakberdayaan seperti kecemasan dan kebosanan.

            Contohnya ketika mendengarkan musik bernada lembut. Musik dengan nada tersebut dapat membuat tubuh jadi lebih rileks serta menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan kadar hormon stress. Tak hanya musik bernada lembut saja, musik dengan genre lain pun bisa digunakan untuk mengatasi stres. Musik pop, hip-hop, edm, dan musik dengan nada bersemangat lainnya misalnya. Musik dengan genre tersebut bisa  membuat pendengarnya merasa bersemangat, mengembalikan mood mereka, bahkan sampai berkeinginan untuk menari dan bersenang-senang. Ada juga musik-musik santai dan tenang yang bisa membantu remaja untuk fokus belajar atau melakukan sesuatu, seperti musik ber genre jazz, ballad, orchestra, dan musik dengan alunan nada yang tenang lainnya.

            Kesehatan mental merupakan aspek penting yang sangat sensitif dalam pribadi seseorang. Keadaan kesehatan mental yang baik akan tercermin melalui kegiatan kesehariannya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa gangguan kesehatan mental bisa saja terjadi tanpa memandang usia. Dan akan sangat mudah dialami oleh seorang remaja. Remaja pada hakikatnya memiliki jiwa yang labil sehingga mudah tergoyahkan dengan masalah yang menimpanya. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan mental pada seorang remaja. Gangguan mental yang tidak ditangani dengan cepat akan memicu ke tindakan terburuknya yaitu bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk mengatasi gangguan mental pada seseorang, salah satunya adalah melalui musik. Kekuatan yang dimiliki musik untuk mengontrol pikiran dan suasana hati seseorang dapat mencegah timbulnya gejala awal depresi yaitu stress. Dengan mendengarkan musik yang bernada positif, maka dapat membuat pendengarnya terbawa suasana dan pikirannya menjadi positif juga. Yang membuat ia lupa akan masalahnya dan suasana hatinya menjadi lebih senang sehingga dapat terhindar dari gejala awal gangguan kesehatan mental.

Penulis: Zahra Nurul Haniyyah 

Editor: Nauval Afif Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Lagu Pluto Projector By Rex Orange County

  Artis: Rex Orange County Dirilis: 2019 Album: Pony Genre: Alternatif/Indie Rsensi Lagu: Lagu ‘Pluto Projector’ milik Rex Orange ...