Dalam kehidupan, pendidikan sejak dini amat penting karena tentu sangat berpengaruh pada proses perkembangan diri anak. Proses perkembangan di dunia pendidikan tak terlepas dari sebuah karakter yang berkaitan dengan tujuan dari sebuah pendidikan, di mana dalam tujuan tersebut akan menghasilkan SDM yang berkualitas. Salah satu tingkat keberhasilannya dapat diukur dari tingginya kualitas pendidikan itu sendiri. Terkait dengan hal tersebut pendidikan karakter tentu akan sangat berperan aktif terhadap penanaman sekaligus pencapaian tujuan pendidikan. Atas dasar itulah, tentu saja peran guru akan sangat penting terhadap pembentukan karakter pada anak.
Salah satu tujuan pendidikan tentunya berfokus pada
proses penyerapan pengalaman-pengalaman yang dialami sang anak. Hal itu
pastinya akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan karakter pada anak untuk
dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ihwal
tersebut tentu sejalan dengan pernyataan Langeveld bahwa
secara keseluruhan dari tujuan pendidikan adalah mendidik manusia, di mana
pemupukan atau penanaman dalam membentuk karakter itu berlangsung sejak dan
saat usia dini–maka karena itulah disebut pendidikan karakter pada usia dini.
Guru selaku peran utama yang sangat mendorong dan mempengaruhi
perkembangan karakter anak tentunya dapat menggunakan berbagai media pendukung
untuk membangun pendidikan karakter, salah satu cara dalam membangun pendidikan
karakter anak adalah dengan memberikan “literasi pengayaan kepribadian” melalui
media buku cerita anak. Buku cerita anak dalam hal ini adalah buku yang di
dalamnya mengandung beberapa tokoh beserta perwatakannya, pada sisi lain buku
tersebut juga dilengkapi gambar-gambar yang mengandung nilai positif bagi sang
anak. Buku yang mengandung pengayaan kepribadian, dengan demikian, merupakan
buku yang dapat meningkatkan kualitas diri anak. Maksud dari kualitas tersebut
adalah kualitas dari karakter dan sikap sebagai pembaca.
Buku cerita anak yang mengandung pengayaan kepribadian
biasanya berisi mengenai cerita-cerita yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Selain itu, buku tersebut juga dilengkapi dengan visualisasi
menggunakan gambar kartun, banyak warna, dan menarik minat baca anak. Buku
cerita anak tentu saja bisa dijumpai di toko buku. Selain itu, apabila sekolah
memiliki fasilitas perpustakaan, maka guru dapat memanfaatkan buku-buku
pengayaan tersebut sebagai media mengenalkan isi buku sembari menceritakan
kepribadian yang terkandung dalam buku cerita. Dari situlah, maka secara tidak
langsung, guru dan orang tua akan memahami karakter pada setiap masing-masing
anak melalui tanggapan-tanggapan yang mereka berikan.
Salah satu contoh buku pengayaan kepribadian
adalah Beruang Kutub dan Panda karya Matthew J. Baek.
Inti dari buku tersebut mengajarkan bahwa perbedaan merupakan sebuah hal yang
menarik dan bukan merupakan sebuah halangan untuk membentuk tali persaudaraan
dengan orang lain. Buku ini dapat membentuk karakter sang anak dengan
mengajarkan bahwa perbedaan merupakan hal yang sangat unik dan menyenangkan.
Sebagai tambahan, kita juga dapat memberikan pemahaman kepada sang anak bahwa
kita semua mahkluk yang dapat bersatu dan bekerjasama meskipun memiliki
perbedaan.
Dan tentunya masih banyak buku-buku
pengayaan kepribadian lain yang dapat membentuk karakter anak sejak dini. Perlu
diketahui bentuk perhatian kecil yang diberikan melalui buku pengayaan
kepribadian tentu akan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan karakter
anak di masa yang akan datang.
Dengan berbagai kondisi psikologis anak yang beraneka
macam, pengembangan model pendidikan karakter bagi anak sangatlah dibutuhkan.
Aspek-aspek yang dikembangkan dalam pendidikan karakter, antara lain: “menumbuhkan kesadaran”, “memiliki kemampuan menilai”, “memiliki sikap pengertian”, serta kemampuannya
dalam “memecahkan masalah” baik
secara individu atau pun kelompok (Munthe & Halim, 2019). Aspek-aspek
tersebut merupakan pondasi bagi anak untuk menjalani kehidupannya di masa
remaja hingga dewasa. Dengan penanaman pendidikan karakter sejak dini, anak
diharapkan akan memiliki perilaku yang baik dan bermoral sesuai dengan
lingkungan tempat ia tinggal. Perilaku yang baik dan bermoral merupakan salah
satu tujuan nasional dan cita-cita bangsa, yaitu menjadi manusia cerdas dan
berakhlak mulia.
Peran penting yang dimiliki oleh sang Guru dalam
memberikan arahan dalam penanaman pendidikan karakter, tentu saja membutuhkan
berbagai strategi. Guru dapat merencanakan strategi-strategi khusus untuk
memberikan pendidikan karakter melalui buku cerita anak, terutama agar menjadi
citra pertama siswa bahwa sang guru memiliki aura yang positif sehingga siswa
juga dapat merasakan suasana yang positif. Guru harus mampu menempatkan diri
menjadi pengarah sekaligus pembina dalam rangka mengembangkan pendidikan
karakter anak.
Kemampuan guru dalam berkomunikasi kepada siswa dapat
menjadi faktor penentu berhasil atau tidaknya pendidikan karakter tersebut.
Sebagai pengarah sekaligus pembina, guru harus bisa menyampaikan gagasan yang
akan disampaikan dengan sebaik mungkin agar menghindari multi-tafsir. Selain
itu, guru perlu memiliki sikap yang terbuka. Maksudnya, guru dapat menampung
apa yang menjadi keluh kesah anak dan dapat menjadi pemberi saran kepada setiap
anak. Dan perlu diketahui juga, bahwa setiap hal yang dilakukan oleh guru,
sedikit banyaknya tentu akan memengaruhi pembentukan karakter pada anak.
Pemberian literasi pengayaan kepribadian melalui buku
cerita anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Untuk kelas bawah, guru dapat
menjadi pembaca cerita bagi para siswa. Menjadi pembaca cerita bukanlah tugas
yang mudah. Karena usia siswa kelas bawah masih kecil, otomatis guru harus
dapat menerapkan strategi efektif dalam membaca supaya para siswa tidak merasa
jenuh dan bosan. Guru juga dapat menggunakan alat bantu atau alat peraga untuk
mendukung visualisasi cerita. Setelah dibacakan cerita, guru dapat menanyakan
kepada siswa mengenai cerita yang dibacakan.
Pada akhir sesi, guru menyampaikan pesan-pesan moral apa
saja yang dapat diambil dari cerita tersebut. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
pada saat awal atau akhir pembelajaran. Sementara itu, untuk kelas atas guru
dapat menjadi pengarah dan pembimbing kepada siswa. Guru dapat menugaskan siswa
untuk membaca 1 buku cerita anak dalam 1 hari. Kemudian, anak dapat
merefleksikan isi cerita dan pesan moral dari buku tersebut ke dalam sebuah
buku. Guru dapat membuat asesmen singkat berupa aktivitas menanyakan kepada
anak mengenai perilaku-perilau apa saja yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan cerita yang telah dibaca.
Pemberian pendidikan karakter melalui buku cerita anak
memiliki manfaat yang baik untuk siswa. Pertama,
siswa akan memiliki sikap dan karakter yang baik. Buku cerita anak
memiliki pesan moral yang baik di dalamnya. Apabila guru berhasil dalam
menyalurkan literasi pengayaan kepribadian tersebut, niscaya siswa dapat
menyerap pesan moralnya dan dapat menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, selain
mengembangkan pendidikan karakter, pemberian literasi pengayaan melalui buku
cerita anak juga dapat mengembangkan daya imajinatif siswa. Mereka dapat
mengeksplorasi setiap hal yang ada pada cerita tersebut. Ketiga, siswa menjadi lebih kreatif dalam melakukan
suatu hal. Dalam buku cerita, tentunya akan disajikan mengenai pemecahan
masalah atas konflik yang ada. Dari hal tersebut, siswa dapat belajar bahwa
pemecahan masalah tidak hanya dilakukan dengan satu solusi tunggal saja,
melainkan juga dapat menggunakan solusi yang lain.
Pendidikan karakter melalui literasi pengayaan pada buku
cerita anak juga dapat memperkenalkan banyak hal baru kepada anak. Buku cerita
anak menyediakan banyak pengalaman-pengalaman yang baru ditemui oleh para
siswa. Pengalaman baru yang didapat tersebut dapat membuka daya pikir siswa
bahwa dunia yang sedang mereka geluti bukan hanya dunia yang saat ini mereka
alami aja, melainkan banyak sekali dunia-dunia lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar