Kelompok Dua Puluh atau disebut
dengan G20 (bahasa Inggris: Group
of Twenty) adalah kelompok yang terdiri 19 negara dan Spanyol sebagai tamu tetap dengan perekonomian besar
di dunia ditambah dengan satu organisasi
antar pemerintah dan supranasional yaitu Uni Eropa. Secara resmi G20 dinamakan The Group of
Twenty (G20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau
Kelompok Dua Puluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai
forum antar pemerintah yang secara
sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk
membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G20 berlangsung
di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah Menteri K euangan Jerman dan Kanada
G20
adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni
Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75%
perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan,
Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia,
Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia,
Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. G20 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala
Negara dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan.
Sejak saat itu G20 terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan
Jalur Sherpa (Sherpa Track). Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu
di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju
KTT (Summit) (Indonesia B).
Pertemuan pada G20 memiliki beberapa tujuan dalam setiap pertemuannya. Tidak semua pertemuannya itu membahas hal dan permasalahan yang sama. Dan pada pertemuan G20 itu memiliki tingkat-tingkat pada setiap pertemuannya. Pertemuan G20 memiliki 3 jenis tingkatan diantaranya:
1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)/Summit
Merupakan klimaks dari
proses pertemuan G20, yaitu rapat tingkat kepala negara/pemerintahan.
2. Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi/Ministerial & Deputies Meetings
Diadakan
di masing-masing area fokus utama forum. Pada Finance Track, Ministerial
Meetings dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut
Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG). Sementara
pertemuan para deputi disebut Finance and Central Bank Deputies Meetings
(FCBD).
3. Kelompok
Kerja/Working Groups
Beranggotakan
para ahli dari negara G20, Working Groups menangani isu-isu spesifik yang terkait dengan agenda G20 yang lebih luas, yang kemudian dimasukkan ke dalam
segmen kementerian dan akhirnya KTT
Sebagai forum ekonomi, G20 lebih banyak menjadi ajang konsultasi dan
kerja sama hal-hal yang berkaitan dengan sistem moneter internasional. Terdapat
pertemuan yang teratur untuk mengkaji, meninjau, dan mendorong diskusi di
antara negara industri maju dan sedang berkembang terkemuka mengenai
kebijakan-kebijakan yang mengarah pada stabilitas keuangan internasional dan
mencari upaya-upaya pemecahan masalah yang tidak dapat diatasi oleh satu negara
tertentu saja
Di dalam
G20 terdapat dua pilar pembahasan, yaitu pilar keuangan yang disebut Finance
Track; yang kedua adalah pilar Sherpa Track yang
membahas isu-isu ekonomi dan pembangunan nonkeuangan. Setiap pilar dimaksud
memiliki kelompok kerja yang disebut Working Groups. Selain kedua
track di atas, juga terdapat Engagement Groups, yaitu 10 kelompok
komunitas berbagai kalangan profesional, yang mengangkat berbagai topik
pembahasan. Dua isu yang dibahas pada pertemuan G20 merupakan isu penting
yang dibahas pada setiap pertemuan anggota-anggota negara G20. Penjelasan dari
dua isu tersebut adalah:
Finance
Track adalah jalur pembahasan dalam forum G20 yang berfokus
pada fokus isu keuangan, yaitu:
-
Kebijakan Fiskal
-
Moneter dan Riil
-
Investasi Infrastruktur
-
Regulasi Keuangan
-
Inklusi Keuangan
-
Perpajakan Internasional
Pertemuan-pertemuan
pada Finance Track dihadiri oleh
Mentri Keuangan hingga Gubernur Bank Sentral dari masing-masing negara anggota.
Sherpa
Track adalah jalur pembahasan dalam forum G20
dibidang-bidang yang lebih luas diluar isu keuangan, yaitu:
-
Anti Korupsi
-
Ekonomi Digital
-
Lapangan Kerja
-
Pertanian
-
Pendidikan
-
Urusan Luar Negri
-
Budaya
-
Kesehatan
-
Pembangunan
-
Lingkungan
-
Pariwisata
-
Energi Berkelanjutan
-
Pemberdayaan Perempuan
-
Perdagangan, Investasi, dan Industri
Untuk pertama kalinya, Indonesia memegang presidensi Group of 20 (G20), forum kerja sama 20 Ekonomi utama dunia. Periode presidensi Indonesia berlangsung selama satu
tahun, mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Serah terima
keketuaan, atau handover, berlangsung pada KTT G20 di Roma,
Italia, pada tanggal 31 Oktober 2021 dari PM Mario Draghi (presidensi Italia)
kepada Presiden Joko Widodo. Pada mulanya G20 merupakan pertemuan para Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, namun KTT G20 juga dihadiri oleh Kepala
Negara sejak 2008 dan pada 2010 dibentuk pembahasan mengenai sektor
pembangunan
Kini, dunia kembali
berada pada masa krisis multidimensional akibat pandemi COVID-19. G20 sebagai
kumpulan ekonomi utama dunia, yang memiliki kekuatan politik dan ekonomi,
memiliki kapasitas untuk mendorong pemulihan. Untuk itu, sebagai presidensi
G20, Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema “Recover
Together, Recover Stronger". Tema ini diangkat oleh Indonesia,
menimbang dunia yang masih dalam tekanan akibat pandemi COVID-19, memerlukan
suatu upaya bersama dan inklusif, dalam mencari jalan keluar atau solusi
pemulihan dunia. Dalam konteks G20, tekad presidensi G20 Indonesia yaitu untuk
mendorong pemulihan dunia. Setelah dua tahun dunia berjuang menghadapi pandemi
COVID-19. Dalam proses pulih bersama ini, G20 harus hadir secara inklusif,
untuk kepentingan dunia. Layaknya DNA politik luar negeri Indonesia, bentuk
tanaman merambat menunjukkan Presidensi Indonesia sebagai “bridge
builder" dan “part of solution"
Dikutip kembali dari situs Kementerian Keuangan,
sebagai anggota forum G20, Indonesia bisa mendapatkan manfaat dari informasi
dan pengetahuan lebih awal tentang perkembangan ekonomi global, potensi risiko
yang dihadapi, serta kebijakan ekonomi yang diterapkan negara lain terutama
negara maju. Dengan demikian, Indonesia mampu menyiapkan kebijakan ekonomi yang
tepat dan terbaik. Selain itu, Indonesia juga dapat memperjuangkan
kepentingan nasionalnya dengan dukungan internasional lewat forum ini. Nama dan
prestasi Indonesia juga semakin dikenal dan diakui oleh berbagai organisasi dan
forum internasional
Potensi ini dapat
diukur dari aspek ekonomi, politik
luar negeri, maupun pembangunan
sosial. Diharapkan presidensi G20 berdampak langsung bagi perekonomian,
melalui peningkatan penerimaan devisa negara. Lebih dari 20 ribu delegasi
internasional diperkirakan akan hadir kepada pertemuan yang akan
diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia. Pengalaman sebelumnya pada presidensi Turki, Argentina, Tiongkok, dan Jepang menunjukkan adanya dampak
positif ke dalam negeri. Tercatat jumlah kunjungan delegasi internasional
mencapai lebih dari 13 ribu. Diperkirakan juga bahwa setiap KTT G20
menghasilkan pemasukan lebih dari $100 juta atau Rp1,4 Triliun kepada host
country. Di bidang politik, sebagai ketua G20, Indonesia dapat mendorong
kerja sama dan menginisiasi hasil konkret pada ketiga sektor prioritas, yang
strategis bagi pemulihan. Ini adalah momentum bagi Indonesia untuk
memperoleh kredibilitas atau kepercayaan dunia, dalam memimpin pemulihan
global. Dalam diplomasi dan politik luar negeri, kredibilitas adalah modal yang
sangat berharga. Di bidang pembangunan ekonomi dan sosial berkelanjutan, presidensi G20 menjadi momentum untuk tunjukkan bahwa 'Indonesia is open
for business'. Akan terdapat berbagai showcase atau event yang
menampilkan kemajuan pembangunan Indonesia, dan potensi investasi di Indonesia.
Diharapkan hal ini berpeluang menciptakan multiplier effect bagi
perekonomian daerah karena berkontribusi bagi sektor pariwisata, akodomasi
(perhotelan), transportasi, dan ekonomi kreatif serta UMKM lokal
Selain dari beberapa
manfaat diatas, dari pertemuan G20 ini diharapkan dapat memberantas
masalah-masalah ekonomi di Indonesia dan diharapkan bisa memajukan bangsa
Indonesia. Presidensi G20 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas
resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis. Ini juga merupakan bentuk
pengakuan atas status Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian
terbesar di dunia, yang juga dapat merepresentasikan negara berkembang lainnya.
Momentum presidensi ini hanya terjadi satu kali setiap generasi (+ 20 tahun
sekali) dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi
pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi maupun kepercayaan
masyarakat domestik dan internasional. Indonesia dapat mengorkestrasi agenda
pembahasan pada G20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan
aktivitas perekonomian Indonesia. Menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan
Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global
Dari perspektif
regional, presidensi ini menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam bidang
diplomasi internasional dan ekonomi di kawasan, mengingat Indonesia merupakan
satu-satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G20. Membuat Indonesia
menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi
dan keuangan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing)
berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik
awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga menjadi sarana
untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia
internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia
Oleh karena itu dengan adanya organisasi G20 ini diharapkan bisa membangun dan memajukan bangsa Indonesia. Kami rakyat Indonesia sangat ingin agar negara tetap bisa bersaing sehat dengan negara-negara maju lainnya. Pembentukan G20 yang timbul akibat kekecewaan komunitas internasional terhadap kegagalan G7 dalam mencari solusi terhadap permasalahan perekonomian global yang dihadapi saat itu diharapkan bisa membantu membangun negara dengan memajukan bangsa. Pandangan yang mengemuka adalah pentingnya bagi negara-negara berpendapatan menengah serta yang memiliki pengaruh ekonomi secara sistemik untuk diikutsertakan dalam perundingan demi mencari solusi permasalahan ekonomi global. Dan dengan semua itu sangat diharapkan agar dengan ikut sertanya negara Indonesia dalam organisasi G20 dapat membantu perekonomian dan memajukan bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka
diskominfotik. (2022, february 24). Apa Saja Isu
Yang Dibahas Dalam G20. Retrieved november 30, 2022, from diskominfotik:
https://diskominfotik.lampungprov.go.id/detail-post/apa-saja-isu-yang-dibahas-dalam-g20
Indonesia, B. (n.d.). Presidensi G20 Indonesia
2022. Retrieved november 29, 2022, from bi.go.id: https://www.bi.go.id/id/g20/default.aspx#:~:text=Anggota%20G20%20terdiri%20dari%20Afrika,%2C%20Turki%2C%20dan%20Uni%20Eropa.
Indonesia, K. K. (2022, Februari 20). Apa Itu G20
dan Manfaatnya untuk Indonesia. Retrieved November 30, 2022, from
djkn.kemenkeu.go.id: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-singkawang/baca-artikel/14747/Apa-itu-G20-dan-Manfaatnya-untuk-Indonesia.html
republik, I. k. (2022, october 1). Indonesia
Usung Semangat Pulih Bersama dalam Presidensi G20 Tahun 2022. Retrieved
november 30, 2022, from kemlu.go.id: https://kemlu.go.id/portal/id/read/3288/berita/presidensi-g20-indonesia
wikipedia. (2022, november 29). G20. Retrieved november 29, 2022, from wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/G20
Penulis: Kamalia Kurniasari
Editor: Afiqah Nazifatul Latif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar