Seiring berjalannya waktu, perubahan akan terus terjadi mulai dari aspek
sosial, budaya, ekonomi hingga teknologi menuntut setiap insan untuk bisa
beradaptasi pada setiap revolusi perubahan waktu yang terjadi. Perubahan
signifikan di setiap generasi memberikan suatu ciri khas yang memengaruhi
keadaan generasi pada masa mendatang. Banyaknya perubahan baik positif maupun
negatif bergantung pada mereka yang lahir di zaman sekarang. Saat ini sedang
banyak isu yang membahas tentang generasi milenial yang di anggap sangat
berpengaruh pada setiap bangsa, terlebih dalam hal perubahan pendidikan,
berbisnis kreatif, serta arah politik masa mendatang.
Generasi milenial merupakan suatu bagian dari perkembangan dan pertumbuhan
yang di akibatkan oleh kondisi dan keadaan lingkungan. Hal ini menimbulkan
revolusi perubahan yang meningkat dengan cepat. Istilah
generasi milenial sendiri didapatkan oleh seorang peneliti ahli demografis bernama Willian Straus dan
Neil Howe. Generasi ini dikenal juga dengan sebutan
generasi Y yang lahir antara tahun 1980 hingga 2000. Generasi yang muncul
setelah generasi ini adalah generasi Z ( Faiza dkk, 2018).
Generasi
milenial lahir dan tumbuh ketika teknologi seperti komputer berevolusi dari
yang semula berupa perangkat yang mahal, besar dan sulit digunakan menjadi
perangkat rumahan yang murah dan mudah
digunakan. Ketika internet mulai dikenal oleh banyak kalangan generasi milenial
telah mencapai usia yang cukup dewasa sehingga nilai-nilai hidup yang
ditanamkan oleh orangtua dari generasi milenial masih memiliki ciri sosial.
Berkerja secara kolaboratif dalam sebuah tim adalah salah satu contoh dari
sikap bekerja yang baik pada generasi ini (Khozin,2018:39-40).
Generasi
milenial memiliki pola pikir yang sangat khas. Pola pikir yang khas ini
dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi dan informasi pada zamannya,
yang memungkinkan hubungan yang lebih luas. Namun, menurut Lyons (2004)
ciri-ciri generai millennial masing-masing
individu berbeda, tergantung dimana ia dibesarkan, strata ekonomi, keadaan
sosial keluarganya. Generasi milenial memiliki pola komunikasi yang
sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya.
Generasi
ini merupakan generasi pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya
sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, lebih terbuka dengan
pandangan politik dan ekonomi, sehingga generasi millinial terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi di sekelilingnya. Secara umum, pola pikir generasi millennial sangat
terbuka dan menghargai perbedaan, lebih memilih kerjasama dalam menyelesaikan
permasalahan daripada menerima perintah, serta pragmatis dalam menyelesaikan
persoalan ( Lanscater and Stillman, 2002). Generasi ini lebih terbuka dengan
pandangan politik dan ekonomi, memiliki perhatian yang lebih pada kekayaan,
kreatif, inovatif, menyukai sesuatu yang praktis dan instan.
Pandangan
ini sejalan dengan pendapat Hunt dan Jennifer group (2011:1) yaitu This is the
newest generation to enter the workforce. Leader across disciplines are taking
note of the challenges and opportunities associated with training this unique.
Akses yang luas terkait teknologi dan informasi memungkinkan generasi ini
memiliki wawasan yang luas. Berbagai informasi dari belahan dunia yang notabene
sangat bervariasi, menyebabkan pola pikir mereka terbiasa dengan adanya
perbedaan. Perbedaan dianggap sebagai 8 Transformasi Belajar Generasi MIlenial
keragaman yang patut diapresiasi dan ditolerir sebagai bentuk saling
menghargai. Semakin luas informasi yang didapat, semakin terbuka dan menghargai
perbedaan yang ada di sekitar mereka. Generasi millennial tidak lagi tertarik
dengan pekerjaan dengan strukstural yang rapat. Karena sistem kerja tersebut
menuntut ketaatan yang tinggi dan pembatasan terhadap improvisasi. Padahal
generasi ini telah terbiasa dengan aliran ide dan wawasan yang luas. Karena
itu, generasi ini lebih menyukai pekerjaan yang memungkinkan menyalurkan ide,
kerjasama.
Keterbukaan
informasi, juga berpengaruh pada cara pandang generasi ini terkait bidang
politik dan ekonomi. Dunia politik tidak hanya dihuni oleh sarjana lulusan
hukum atau tata negara saja, namun oleh siapa saja dari bidang yang bervariasi.
Bidang pekerjaan juga demikian. Banyak yang bekerja tidak sesuai dengan
pendidikannya, namun lebih mengandalkan keahlian atau kesempatan karena
memanfaatkan kemudahan hubungan melalui media sosial. Generasi ini sangat kaya
akan ide kreatif dan inovatif. Berbagai informasi yang mudah diakses,membuka
pikiran tentang pentingnya sesuatu yang terbarukan, unik, menarik dan berdaya
saing. Karena itu generasi ini selalu menghargai ide kreatif dan inovatif.
Menurut
Hunt, hali ini disebabkan mereka sangat menyukai trial and error yang
memungkinkan untuk selalu belajar dan evaluasi diri. Bahkan menurutnya, They
want learning to be creative, interactive, and fun, and they enjoy khinking
outside the box (Hunt& Tucciarone, 2011:2) Salah satu hal prioritas dalam
pengambilan keputusan pada generasi millennial adalah materi. Kekayaan
merupakan hal yang sangat penting untuk diperjuangkan. Banyak tokoh inspiratif
bagi generasi ini adalah orang-orang yang berwal dari nol, yang akhirnya
berhasil meraih puncak kesuksesan dan kekayaan dengan perjuangannya. Dedikasi
dan semangat kerja juga dilandasi oleh money orientate, sehingga penghargaan
terhadap suatu hasil kerja juga lebih dinilai dengan materi. Namun yang paling
utama pada pola pikir mereka, adalah pentingnya efisiensi waktu.
Pola
pikir mengahargai yang praktis dan instan, dipengaruhi oleh kecepatan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sekitar mereka. Waktu adalah
sesuatu yang berharga, sehingga semakin cepat persoalan atau pekerjaan dapat
diselesaikan, akan semakin baik. Hal inilah yang membuka peluang berbagai ide
kreatif yang didasarkan pada kebutuhan efisiensi waktu, seperti toko online, pendaftaran sekolah online, ojek online, serta delivery
order untuk pembelian barang. Sejak lama generasi milenial diyakini sebagai
generasi yang mengedepankan berpikir kritis serta mengandalkan akal budi.
Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat mereka ditutut untuk lebih gesit
dalam segala hal dibandingkan dengan pendahulunya. Sehingga agar tidak mudah
dibodohi oleh teknologi, generasi millennial harus mampu memandang teknologi
dari sisi yang berbeda serta mengendalikan setiap komponen teknologi dengan
bijak. Perkembangan zaman yang sangat pesat, generasi millennial sangat mudah
larut dengan kondisi yang ada. Mereka akan mudah terseret arus baik yang
menimbulkan dampak negatif maupun positif. Untuk itu, diperlukan tumpuan yang
kokoh bagi mereka sebagai salah satu modal yang kuat untuk tetap berada pada
jalur kebenaran yaitu budi pekerti dan kepribadian yang luhur.
Berpegang
teguh pada setiap norma yang sudah ada sangat diperlukan bagi generasi milenial
untuk dapat membentengi diri mereka dari paparan konten negatif yang dapat
merusak moral. Mereka dikenal sebagai generasi yang terlalu serius dalam
menanggapi setiap berita, opini, dan pembicaraan orang lain. Oleh karena itu,
mereka harus mampu menjadi produsen konten positif misalnya dengan mengajak
masyarakat untuk mencintai budaya baca dan tulis. Selain itu, mereka juga
memiliki gaya hidup yang cenderung konsumtif dan menganggap bahwa pekerjaan dan
kebahagiaan dapat mereka peroleh hanya dengan gadget yang mereka mainkan. Rasa
ingin tau yang dimiliki gerasi ini rendah serta kebanyakan dari mereka kurang
mampu bekerja dalam tim. Generasi milenial cenderung suka berpindah pekerjaan
dengan alasan ingin mencari pengalaman sebanyak-banyaknya sehingga membut karir
mereka sulit meningkat (Faiza dkk, 2018 : 10-15).
Dalam
dunia kerja saat ini, organisasi dihadapkan dengan dua generasi yang berbeda:
Generasi X dan Generasi Y. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 80 juta
Generasi Y pada 2010 dan akan meningkat menjadi 90 juta pada akhir 2030;
berarti 1/3 masyarakat Indonesia merupakan Generasi Y. Pada 2015, lebih dari
35% penduduk Indonesia adalah penduduk muda berusia 15-34 tahun. Secara
teoretis, sebuah generasi terbentuk sebagai kelompok yang memiliki kesamaan
tahun kelahiran, umur, lokasi, dan life events yang signifikan pada tahap
kritis perkembangannya. Jadi, sebuah generasi menjadi berbeda dengan generasi
lainnya karena terdapat faktor perubahan yang membawanya.
Selain
itu, potensi proporsi Generasi Y juga akan semakin meningkat pada masa
mendatang (Kratz, 2013). Pada 2014, Generasi Y mempunyai proporsi 36% di dunia
kerja. Selanjutnya ada kemungkinan bahwa pada 2020 sebesar 46 % Generasi Y
mendominasi dunia kerja. Data tersebut memperlihatkan porsi Generasi Y di dunia
kerja. Namun, jika dilihat hanya dari komposisi antargenerasi di Kementerian
Keuangan, pada 2013 dapat dilihat bahwa Generasi Baby Boomers
hanya sebesar 17%, Generasi X sebesar 38% dan Generasi Y sebesar 45%. Apabila
diproyeksikan maka pada 2017 Generasi Y meningkat menjadi 73%, sementara
Generasi X dan Generasi Baby Boomers menurun menjadi 25% dan 2% (Kemenpan,
2018). Generasi Y adalah generasi yang peka terhadap perubahan informasi, gaya
hidup dan gadget. Jumlah mereka kini mulai banyak di industri perbankan.
Berdasarkan data statistik nasional, jumlah angkatan kerja di bulan Agustus
tahun lalu mencapai lebih dari 121 juta dan sebanyak 66% sudah bekerja.
Sementara itu, selama periode yang sama, ada sekitar 500 ribu yang bekerja di
bank; apabila sebanyak 5% ialah pegawai rekrutan baru maka terdapat 25 ribu
orang yang baru saja bekerja di bank.
Perkembangan
teknologi telah merubah cara hidup kita, bukan hanya merubah cara kita
mengakses informasi, tetapi juga cara pandang kita terhadap dunia. Beberapa
dekade lalu, mungkin kita belum mendengar istilah facebook, smartphone, dan
online shop, namun sekarang, istilah-istilah itu sudah akrab di kehidupan kita
sehari-hari. Hal ini pernah diprediksi sejak tahun 1960an oleh Mc Luhan,
seorang visioner asal Kanada. Mc Luhan berpendapat bahwa perubahan budaya dalam
kehidupan manusia itu ditentukan oleh teknologi dan kita akan berada di
tengah-tengah sebuah revolusi (teknologi). Mc Luhan juga berpendapat bahwa
dunia tidak akan pernah sama lagi akibat dari pesatnya perkembangan teknologi.
Di
tengah pesatnya perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) inilah lahir dan tumbuh generasi yang dikenal dengan istilah
Generasi Y atau dikenal dengan Generasi Milenial. Generasi milenial dianggap
sebagai generasi yang lebih akrab dengan teknologi jika dibandingkan dengan
generasi-generasi sebelumnya seperti Generasi X dan Generasi Baby Boom. Tidak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan TIK inilah yang membesarkan generasi
milenial, sehingga generasi milenial dan TIK seperti dua hal yang tidak
terpisahkan. Generasi milenial tumbuh di era teknologi yang telah menyentuh
setiap sendi kehidupan dan memang sudah seharusnya dapat menjawab setiap kebutuhan
dan gaya hidup generasi milenial yang semakin menantang dan lebih dinamis.
Dengan menggunakan TIK memungkinkan generasi milenial saling terhubung dan
berkomunikasi serta menawarkan kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Setiap pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien jika mampu
memanfaatkan TIK secara optimal.
Penulis: Aulia Ulil Azmi
Editor: Chalissa