WABAH flu burung (avian flu) telah merajalela. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus avian influenza (AI) ini telah meluas ke berbagai negara dan mengakibatkan kerugian besar bagi peternak, khususnya peternak ayam. Kasus avian flu yang terbaru terjadi di Jepang, tepatnya di Yamaguchi, provinsi paling selatan Pulau Honshu. Wabah ini telah menyebabkan matinya kurang lebih 6.000 ayam di provinsi ini. Wabah ini adalah wabah yang pertama kali di Jepang sejak 79 tahun terakhir. Dari hasil analisis diketahui bahwa penyebabnya adalah virus influenza subtipe H5N1, sama dengan tipe virus yang menyebabkan wabah di Korea Selatan beberapa bulan yang lalu. Namun, penyelidikan masih tetap dilakukan untuk mengetahui apakah virus ini persis sama dengan virus yang menyebabkan wabah dan membunuh enam orang di Hong Kong 1997, yaitu galur H5N1-97. Virus H5N1 ini, selain menyebabkan kerugian pada ternak, juga menginfeksi dan menyebabkan kematian pada manusia. Hal ini terbukti dari kasus yang terjadi di Hong Kong pada 1997. Pada waktu itu, dikonfirmasikan 18 kasus pada manusia dan enam di antaranya meninggal dunia.
Virus avian
flu lain yang mampu menginfeksi manusia adalah jenis H9N2. Wabah yang
disebabkan H9N2 ini juga terjadi di Hong Kong pada 1999, namun tidak sampai
menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan tindakan yang cepat seperti stamping
out, yakni membunuh semua ayam pada peternakan terserang, dan desinfeksi
kandang. Karena itu masa kontak dengan manusia bisa diminimalkan, sehingga
dampak pada manusia tidak besar. Karena telah dibuktikan bahwa virus yang
melanda ternak ayam di Jepang mirip dengan virus yang mewabah di Hong Kong pada
1997, semua telur yang berasal dari ayam yang terinfeksi ditarik lagi dari
pasar. Begitu juga dengan sekitar 30 ribu ekor ayam yang hidup pada kandang
yang sama, juga dimusnahkan. Sebelum melanda Jepang, virus H5N1 ini telah
mewabah di Korea Selatan pada bulan Desember tahun lalu, tepatnya di Yangsan,
390 km di tenggara Seoul. Karena antisipasi yang cepat dengan stamping out dan
desinfeksi kandang, di Korea virus ini tidak sampai membawa korban pada
manusia.
Virus influenza diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu A, B, dan
C. Namun, yang sering menimbulkan wabah, baik pada manusia maupun pada
binatang, adalah tipe A. Tipe ini dibagi lagi menjadi beberapa subtipe
berdasarkan protein hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N) yang muncul di
permukaan virus, sehingga penamaannya menjadi HxNx (contohnya, H5N1). Kedua
protein ini berfungsi sebagai antigen yang bisa dinetralisir oleh antibodi.
Protein H juga menentukan tingkat patogen virus influenza. Virus tipe H5 dan H7
misalnya, mempunyai tingkat patogen yang tinggi terhadap ayam ternak. Sementara
itu, protein N juga berfungsi sebagai penentu batas inang (host) di samping
juga menentukan tingkat patogennya.
Selain
menyerang manusia, virus influenza juga menyerang beberapa binatang seperti
burung, babi, kuda, ikan paus, dan lain-lain. Namun biasanya virus jenis
tertentu hanya spesifik terhadap inang (host) tertentu. Artinya, virus yang
menginfeksi manusia tidak menginfeksi burung, dan sebaliknya virus yang
menginfeksi burung tidak menginfeksi manusia. Walaupun protein N dikatakan
berpengaruh terhadap penentuan inang, spesikasi inang lebih ditentukan lagi
oleh protein nukleokapsid (nucleocapsid protein, NP), protein yang berikatan
langsung dengan gen RNA virus influenza (Scholtissek et al, 1985). Karena itu,
loncatan inang dari ayam ke manusia seperti pada virus H6N1 ini kemungkinan
disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada protein NP ini. Dengan kata lain,
protein NP yang spesifik terhadap burung bermutasi menjadi protein yang bisa
menginfeksi manusia.
Hal seperti
ini sangat lazim terjadi pada virus influenza. Virus influenza sering mengalami
mutasi pada bagian antigennya, baik pada protein H maupun N. Mutasi ini
dinamakan antigenic drift. Lebih jauh lagi virus influenza bisa melakukan
rekombinasi pada protein H dan N ini. Dengan rekombinasi ini bisa menjadi jenis
baru. Seperti contoh, jenis H5N1 bisa menjadi jenis H5N2, H4N1, atau H4N2.
Proses ini dinamakan antigenic shift. Baik antigenic drift maupun antigenic
shift yang membuat virus bisa melarikan diri dari sistim kekebalan tubuh
(antibodi). Karena itu, dengan cara yang sama, virus avian flu bisa berubah
menjadi virus yang mampu menginfeksi manusia.
Walaupun
demikian, sampai saat ini belum diketahui mekanismenya. Salah satu hipotesa
saat ini adalah virus avian flu tidak bisa langsung menginfeksi manusia, tetapi
terlebih dahulu beradaptasi pada babi atau kuda yang berfungsi sebagai inang
intermediet (intermediate host). Hal ini berdasarkan fakta bahwa baik virus
yang menginfeksi manusia maupun yang menginfeksi burung, keduanya bisa
menginfeksi babi dan kuda ini. Selain itu juga ada bukti bahwa transmisi virus
influenza dari babi ke manusia atau sebaliknya bisa terjadi.
Sampai saat
ini diperkirakan transmisi virus avian flu ini dari manusia ke manusia tidak
terjadi. Dua kasus di Hong Kong pada 1997 (H5N1) dan 1999 (H9N2) tidak
menunjukkan adanya transmisi dari manusia ke manusia. Kasus pada manusia yang
terjadi terbatas pada orang-orang yang berhubungan dengan ternak yang
terinfeksi. Karena itu, penyebaran karena manusia cukup kecil. Walaupun
demikian, mengingat efek kefatalan dari infeksi virus ini sangat tinggi (40%),
sehingga seperti yang diperingatkan WHO, Penanganan Flu Burung Harus Lebih
Serius Dibanding SARS.
Salah satu
cara antisipasinya adalah melakukan stamping out , yakni membunuh semua ayam
pada peternakan terserang, disertai desinfeksi kandang pada saat terjadi wabah.
Tindakan ini akan menutup peluang adanya interaksi ternak yang terinfeksi
dengan manusia atau itik liar di sekitar peternakan yang dianggap sebagai
sumber penular.
Tindakan yang
lain adalah pencegahan melalui vaksinasi ternak. Tentu saja vaksin yang dibuat
harus cocok dengan virus yang akan mewabah. Vaksin terhadap suatu subtipe tidak
akan efektif terhadap infeksi subtipe lain. Karena umumnya virus influenza
sering mengalami antigenic drift dan antigenic shift , perkiraan virus yang
akan mewabah merupakan hal yang sangat penting untuk pembuatan vaksin
influenza. Hal yang sama juga biasa dilakukan untuk pembuatan vaksin influenza
terhadap manusia.
Oleh karena
itu, tentunya kita harus selalu waspada dengan meningkatkan imun kita atau
mengikuti salah satu cara antisipasi yang telah disebutkan, karena virus
menular ini bisa saja menyerang tiba-tiba tanpa memandang umur atau jenis
kelamin.
Penulis: Ista Uljanun Benhur
Editor: Rizky Maharani Hidayat Yamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar