Kegiatan KIR merupakan singkatan dari Kelompok Ilmiah Remaja merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang disusun oleh siswa berdasarkan suatu penelitian yang dilakukan oleh siswa baik secara berkelompok maupun perorangan.
Karya Ilmiah Remja menjadi sarana pusat prestasi kedua di sekolah MAN IC KENDARI, sehingga tak jarang jika banyak orang yang tertarik dengan kegiatan ini. Di MAN IC KENDARI dikenal dengan organisasi KIS( Karya Ilmiah Siswa) yang diikuti oleh sejumlah siswa dari kelas 10 hingga kelas 12. Tahun ini ada sejumlah lomba yang diadakan yang merupakan bagian dari KIR dintaranya : MYRES, OPSI, LKIR, BRIN, dll.
Jumlah anggota inti dalam organisasi KIR tahun 2022/2023 sekitar 14 orang diantaranya, yang dimana anggota inti tersebut merupakan anggota awal sejak didirikannya KIR sejak awal tahun 2021 hingga sekarang. Sekarang, anggota KIR beranggotakan sekitar 41 orang untuk total keseluruhan.
Pada Tahun ini sejumlah perwakilan tim dari MAN IC KENDARI diikutkan dalam kompetisi OPSI( Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia ).Salah satu perwakilan tim dari MAN IC KENDARI, LM. Khalis Adhipramana dan Rizky Maharani merupakan siswa siswi yang terpilih dan menjadi bagian dari tim KIR sejak duduk dibangku kelas 10 SMA, LM. Khalis Adhipramana yang akrab disapa Khalis, seorang siswa yang sangat aktif dalam organisasi KIS yang diadakan di sekolah, ia baru saja menjadi ketua dari organisasi tersebut.
Berdasarkan beberapa data yang saya dapat hasil wawancara saya terhadap narasumber, Khalis Adhipramana mengatakan “Selama KIR yang saya rasakan itu ada senangnya, ada sedihnya juga kalau mau dibilang tertekan yah iyasih, karena awalnya saya kira KIR itu mudah tidak perlu keluar daerah seperti ini harus ke Bau-Bau buat melakukan observasi , dan mewawancarai warga daerah tersebut, dan first impression juga begitu saya rasa KIR menyengangkan sekali karena kayak keren, menarik lah,,,yah,,,,emang itu lumayan merepotkan. Kalau mau bilang tertekan pasti sih, tapi candu,gitu buat terus meneliti lebih lanjut mengenai penelitian saya hingga memperoleh hasil yang diharapkan, jadi saya harus bekerja keras untuk OPSI tahun ini.”
Pada dasarnya melakukan penelitian haruslah didasari dengan rasa penasaran yang tinggi terlebih lagi dalam menentukan judul penelitian yang cocok untuk kita lakukan disesuaikan dengan kemampuan kita.Rasa penasaran yang tinggi membuat Khalis ingin meneliti ketertaikan antara membudayakan laut, Suku bajo dan tradisi Tubba Dikatutuang. Narasumber merupakan salasiswa yang berasal dari daerah suku Bajo tersebut. Narasumber baru saja mengikuti sebuah kompetisi yang diadakan oleh Puspresnas yaitu OPSI( Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia ).
Pendaftaran kegiatan OPSI diselenggarakan tanggal 3 April tahun 2022. Para siswa melakukan pengunggahan Proposal penelitian tanggal 2 Mei-10 Juni 2022. Setelah pengumpulan proposal, panitia penyelenggara akan melakukan evaluasi terhadap beberapa penelitian siswa siswi Indonesia. Hasil review serta pengumuman peserta yang lolos tahap awal dijadwalkan pada bulan September di akun peserta masing-masing tim. Sekarang, sedang menunggu pengumuman babak semifinal yang akan
Penelitian yang dilakukan oleh Narasumber berkaitan dengan Tubba Dikatutuang di daerah asalnya, suku Bajo. Narasumber menjadi salah satu dari beberapa tim dari seluruh Indonesia yang dinyatakan lolos tahap awal OPSI, sehingga ia melanjutkan kembali ke babak semifinal untuk melakukan penelitian serta turun ke lapangan langsung untuk melakukan observasi.Tapi, mengapa harus memilih Tubba Dikatutuang sebagai objek penelitian yang diikutkan dalam kompetisi ini?Mengapa tidak budaya lain yang lebih berkaitan dengan Suku Bajo?Apa sebenarnya yang membuat Narasumber tertarik dengan Tubba Dikatutuang? Metode apa yang sebenarnya digunakan oleh narasumber dalam menuliskan laporan hasil penelitiannya
“Awalnya saya belum tau,yang membuat saya ingin menjadikan Tubba Dikatutuang sebagai objek penelitian di OPSI tapi saya tertarik dengan tubba dikatutuang karena saya ingin meneliti keterkaitan antara suku Bajo dengan budaya suku Bajo dalam menjaga dan merawat laut serta tradisi Tubba Dikatutang. Nah, metode yang saya gunakan dalam menuliskan laporan penelitian adalah metode kualitatif, yang diamana dalam menuliskan laporan ada 2 metode yang sering digunakan yaitu kulitatif dan kuantitatif. Kalau kuantitatif yang memerlukan uji lab basah karena yang diperlukan adalah data perhitungan yang nyata dari penelitian tersebut, sedangkan kualitatif hanya data -data yang berasal dari jurnal, artikel dan kalaupun ada perhitungan , tidak harus melakukan uji lab, karena data statistik bisa kita dapatkan dari jurnal-jurnal referensi yang didapatkan menganalisis data saya menggunakan 3 cara yaitu : observasi secara langsung, wawancara, dan forum diskusi.”Kata Khalis, Selasa 18 Oktober 2022
Menurut narasumber orang yang paling membantu dalam melakukan penelitian adalah guru, teman tim ( Rizky Maharani), tetapi yang paling membantu adalah kak Bayu, yang paling memotivasi dalam meneruskan laporan.
Tetapi, padatnya kegiatan serta tugas dari sekolah bagaiamana cara mengatur waktu untuk menulis laporan dan melakukan observasi secara langsung?Bukankah data yang dibutuhkan sangat banyak?Nah, saat sudah mendapatkan data dari sumber-sumber terpercaya, ia langsung menuliskan hasil serta pembahasannya dan mencari sumber lain melalui media sosial serta mencoba mencari data lain dari artikel-artikel terpercaya dan mulai menyusun hasil laporan pembahasan setelah data yang didapat dirasa cukup, maka akan dilakukan lagi diskusi kepada guru-guru pembimbing.
Selain itu terkait kendala yang dihadapi selama melakukan penelitian mengenai Tubba Dikatutuang, narasumber merasa agak kesusahan dalam memperoleh data dan dalam perjalan observasi. Ia merasa hal itu cukup melelahkan baginya karena harus melakukan perjalanan keluar daerah selama berhari-hari. Kendala selanjutnya terkait dalam penyusunan laporan hasil penelitian, serta penyesusaian kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Dalam melakukan penelitian narasumber dibantu oleh beberapa pihak untuk menyelesaikan laporan agar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Harapan narasumber bagi penerus KIR selanjutnya semoga KIR bisa menjadi sarana edukasi yang baik bagi semua siswa siswi yang terlibat. “Semoga KIR semakin maju dan terus berkembang di kedepannya.”Kata Khalis di penghujung wawancara.
Penulis: Waode Rahyani Azizah Azka Har
Editor: Anggun Sasmi